A. Pengertian
Linier Progamming
Secara umum Linear
Programming ialah salah satu teknik dari Riset Operasi untuk memecahkan
persoalan optimasi (maksimasi atau minimasi) dengan menggunakan persamaan dan
ketidaksamaan linear dalam rangka untuk mencari pemecahan yang optimum
dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Dalam keadaan sumber yang
terbatas harus dicapai suatu hasil yang optimum dengan perkataan lain bagaimana
caranya agar dengan masukan input yang terbatas dapat menghasilkan
keluaran output berupa produksi barang atau jasa yang optimum. Salah
satu metoda analisis dalam teknik operasional riset untuk menyelesaikan
persoalan pengalokasian sumber-sumber terbatas adalah menggunakan metoda
program linear. Linear programming akan memberikan banyak sekali
hasil pemecahan persoalan, sebagai alternatif pengambilan tindakan, akan tetapi
hanya ada satu yang optimum (maksimum atau minimum). Memilih keputusan berarti
memilh alternatif, tapi yang terpenting adalah pengambilan alternatif terbaik(
the best alternative), Johannes Suprapto (1987).
Menurut Hari
Purnomo(2004) Pokok pikiran utama dalam menggunakan program linier adalah
merumuskan masalah dengan menggunakan sejumlah informasi yang tersedia,
kemudian menerjemahkan masalah tersebut dalam bentuk model matematika. Sifat
linear mempunyai arti bahwa seluruh fungsi dalam model ini merupakan fungsi
yang linear.
Suatu persoalan disebut
persoalan program linier apabila memenuhi hal-hal sebagai berikut :
1. Tujuan (objective)
Apa
yang menjadi tujuan permasalahan yang dihadapi yang ingin dipecahkan dan dicari
jalan keluarnya. Tujuan ini harus jelas dan tegas yang disebut fungsi tujuan
(objective function). Fungsi tujuan tersebut dapat berupa dampak positip,
manfaat-manfaat, atau dampak negatip, kerugian-kerugian, resiko-resiko, biaya-biaya, jarak, waktu
yang ingin diminimumkan.
2. Alternatif
perbandingan
Harus
ada sesuatu atau alternatif yang ingin diperbandingkan, misalnya antara
kombinasi waktu tercepat dan biaya tertinggi dengan waktu terlambat dan biaya
terendah, atau alternatif padat modal dengan padat karya, proyeksi permintaan
tinggi dengan rendah, dan seterusnya.
3. Sumber Daya
Sumber
daya yang dianalisis harus berada dalam keadaan terbatas. Misalnya keterbatasan
tenaga, bahan mentah terbatas, modal terbatas, ruangan untuk menyimpan barang
terbatas, dan lain-lain. Pembatasan harus dalam ketidaksamaan linier (linier
inequality). Keterbatasan dalam sumber daya tersebut dinamakan sebagai fungsi
kendala atau syarat ikatan.
4. Perumusan Kuantitatif
Fungsi tujuan
dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan secara kuantitatif dalam model
matematika.
5. Keterikatan Perubah
Perubah-perubah
yang membentuk fungsi tujuan dan fungsi kendala tersebut harus memiliki
hubungan keterikatan hubungan keterikatan atau hubungan fungsional.
B. Perumusan Model Persoalan Program Linier
Pada dasarnya secara umum, persoalan
program linier dapat dirumuskan dalam suatu model dasar/model baku/model
matematika sebagai berikut :
Menentukan
nilai dari X1, X2, X3, ....., Xn sedemikian rupa sehingga :
n
Z = C1 X1 +
C2 X2 +
.... +Cj Xj +....+Cn Xn =Cj Xj (Optimal[maksimum/minimum])
j=1
Yang kemudian disebut sebagai Fungsi Tujuan
(Objective Function)
dengan
pembatasan (Funsi Kendala/Syarat Ikatan) :
Keterangan
:
Ada
n macam barang yang akan diproduksi masing-masing sebanyak X1, X2, ...,Xn unit.
Xj
= Variabel pengambilan keputusan atau kegiatan yang ingin dicari (misalnya
banyaknya produksi barang yang ke-j, dimana j = 1, 2, ...,n ).
Cj
= Parameter yang dijadikan kriteria optimasi atau koefisien variabel
pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan (misalnya harga per satuan barang
ke-j).
bi
= Sumber daya yang terbatas, yang membatasi kegiatan atau usaha yang
bersangkutan disebut juga konstanta atau “nilai sebelah kanan (nsk)” dari
kendala ke-i (misalnya banyaknya bahan mentah ke-i, i= 1, 2, .., m). Ada m
macam bahan mentah, yang masing-masing tersedia b1, b2,...., bm.
aij
= Koefisien teknologi variabel pengambilan keputusan (kegiatan yang
bersangkutan) dalam kendala ke-i (misalnya banyaknya bahan mentah ke-i yang
digunakan untuk memproduksi 1 satuan barang ke-j).
C. Pendekatan Linear Programming dalam
Optimasi Usahatani
Produksi pertanian dan perikanan sangat dipengaruhi oleh
sifat biologis, iklim, kondisi dan ketersediaan sumberdaya pertanian dan perikanan yang
sangat terbatas. Untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani harus
dilakukan pengelolaan usahatani secara efisien atau berdasarkan azas
optimalisasi alokasi sumberdaya. Seperti yang dikemukakan Soekartawi, dkk.
(1986), bahwa produksi yang tinggi merupakan salah satu tujuan usaha tetapi
belum tentu usaha tersebut efisien. Prinsip dari pengusaha selalu berusaha agar
hasil yang diperoleh dari pengelolaannya lebih produktif dan efisien. Usaha
yang produktif adalah usaha yang secara ekonomis menguntungkan dalam penggunaan
biaya untuk berproduksi, sedangkan efisien berarti dalam suatu usaha mempunyai
perbandingan antara penerimaan dan biaya produksi lebih besar dari satu.
Dalam kegiatan usahatani sebagai salah satu bentuk unit
produksi, selalu ada upaya untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan
biaya dalam keterbatasan sumberdaya yang ada/dimiliki. Untuk itu perlu
dirumuskan perencanaan usahatani dengan mengkombinasikan berbagai input dalam
berbagai karakter keterbatasan untuk memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan
biaya. Perumusan ini dapat dilakukan melalui pendekatan teknik Linear
Programming (Soekartawi, 1992).
Linear Programming (LP) adalah
suatu metoda programasi yang variabelnya disusun dengan persamaan linier
(Soekartawi, 1992). Lebih lanjut dikatakan bahwa kegunaan program linier untuk
penelitian usahatani kadang-kadang terbatas karena asumsi-asumsi yang
digunakan. Asumsi linier dapat menghitung pendapatan kotor dan kebutuhan
pemakaian sumberdaya untuk perencanaan tertentu, yang berarti bahwa setiap
kegiatan berlaku asumsi kenaikan hasil yang tetap. Asumsi ini tidak selamanya
benar, karena itu disajikan sebagai beberapa segmen yang linier bersambungan.
Menurut Arga (1999) program linier adalah suatu metode
matematik yang bertujuan memaksimumkan satu atau beberapa fungsi tujuan yang
linier di bawah beberapa kendala yang linier pula. Teknik linear programming
dapat digunakan dalam dua cara, yaitu: (1) meminimumkan biaya dalam rangka
tetap mendapatkan total penerimaan atau total keuntungan sebesar mungkin
(program minimisasi atau minimumkan); dan (2) memaksimumkan total penerimaan
atau total keuntungan pada kendala sumberdaya yang terbatas (program
memaksimumkan atau maksimasi).
Nasendi dan Anwar (1985) menyatakan untuk dapat menyusun
dan merumuskan suatu persoalan atau permasalahan yang dihadapi ke dalam model
program linier, maka harus memenuhi lima syarat sebagai berikut:
1.
Tujuan
Apa yang menjadi tujuan permasalahan yang
dihadapi yang ingin dipecahkan dan dicari jalan keluarnya. Tujuan ini harus
jelas dan tegas yang disebut fungsi tujuan. Fungsi tujuan tersebut dapat berupa
dampak positif, manfaat-manfaat, keuntungan-keuntungan, dan kebaikan-kebaikan
yang ingin dimaksimumkan, atau dampak negatif, kerugian-kerugian,
resiko-resiko, biaya-biaya, jarak, waktu, dan sebagainya yang ingin
diminimumkan.
2. Alternatif
perbandingan (proporsionalitas)
Harus ada sesuatu atau berbagai alternatif yang
ingin diperbandingkan; misalnya antara kombinasi waktu tercepat dan biaya
tertinggi dengan waktu terlambat dan biaya terendah, atau antara alternatif
padat modal dengan padat karya, atau antara kebijakan A dengan kebijakan B,
atau antara proyeksi permintaan tinggi dengan rendah.
3. Sumberdaya
Sumberdaya yang dianalisis harus berada dalam
keadaan yang terbatas. Misalnya keterbatasan waktu, keterbatasan biaya,
keterbatasan tenaga, keterbatasan luas tanah, keterbatasan ruangan, dan
lain-lain. Keterbatasan dalam sumberdaya tersebut dinamakan sebagai kendala.
4. Perumusan
kuantitatif
Fungsi tujuan dan kendala tersebut harus dapat dirumuskan
secara kuantitatif dalam apa yang disebut model matematika.
5. Keterkaitan peubah
Peubah-peubah yang membentuk fungsi tujuan dan
kendala tersebut harus memiliki hubungan fungsional atau hubungan keterkaitan.
Hubungan keterkaitan tersebut dapat diartikan sebagai hubungan yang saling
mempengaruhi, hubungan interaksi, interdepedensi, timbal-balik, saling
menunjang, dan sebagainya.
Lebih lanjut Nasendi dan Anwar (1985) mengatakan bahwa
salah satu ciri khas model programasi linier adalah model yang didukung oleh
lima macam asumsi yang menjadi tulang punggung model ini. Asumsi-asumsi
tersebut adalah:
1. Linearitas. Asumsi ini menginginkan agar
perbandingan antara input yang satu dengan input yang lainnya, atau untuk suatu
input dengan output besarnya tetap dan terlepas (tidak
tergantung) pada tingkat produksi.
2. Proporsionalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa
jika peubah pengambil keputusan berubah maka dampak perubahannya akan menyebar
dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya.
3. Addivitas. Asumsi ini menyatakan bahwa nilai
parameter suatu kriteria optimasi (koefisien peubah pengambil keputusan dalam
fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu-individu dalam model
programasi linier.
4. Divisibilitas. Asumsi ini menyatakan bahwa
peubah-peubah pengambil keputusan, jika diperlukan dapat dibagi kedalam
pecahan-pecahan.
5. Deterministik. Asumsi ini menghendaki agar
semua parameter dalam model programasi linier tetap dan diketahui atau
ditentukan secara pasti.
Model
dasar atau model baku programasi linier menurut Nasendi dan Anwar (1985) dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Fungsi tujuan:
optimumkan (maksimumkan atau minimumkan)
Dimana:
Cj = Parameter yang dijadikan kriteria
optimasi, atau koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan
Xj = Peubah pengambil keputusan atau
kegiatan (yang ingin dicari: yang tidak diketahui)
aij = Koefisien teknologi peubah
pengambil keputusan (kegiatan yang bersangkutan) dalam kendala ke-i yang
diperlukan untuk memproduksi satu satuan Xj
bi = Sumberdaya yang terbatas, yang
membatasi usaha atau kegiatan yang bersangkutan; disebut juga konstanta atau
“nilai sebelah kanan” dari kendala ke-i
Z =
Nilai scalar kriteria pengambilan keputusan; suatu fungsi tujuan.
Lebih jauh Nasendi dan Anwar (1985) mengatakan rumusan model programasi
linier tersebut terlihat bahwa ada tiga unsur penting yang dipenuhi oleh
persoalan programasi linier untuk dapat dirumuskan secara matematis, yaitu:
1. Suatu fungsi tujuan,
2. Berbagai kendala
fungsional, dan
3. Kendala tidak boleh
negatif (atau syarat ikatan non negatif).
Dari
berbagai uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model linear
programming adalah mengoptimalkan alokasi sumberdaya yang terbatas sehingga
diperoleh pendapatan maksimum, atau meminimumkan biaya dalam upaya tetap
mendapatkan total penerimaan atau total keuntungan sebesar mungkin.
D. Kelebihan dan
Kekurangan Linear Programming
Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan
pemrograman, Linear Programming mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan.
v
Kelebihan-kelebihan
dari Linear Programming
yaitu:
1. Mudah
digunakan terutama jika menggunakan alat bantu komputer.
2. Dapat
menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh
pemanfaatan sumber daya yang optimal dapat dicapai.
3. Fungsi
tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data
yang tersedia.
v Kekurangan-kekurangan
dari Linear Programming yaitu:
1. Apabila
alat bantu komputer tidak tersedia, maka Linear Programming dengan menggunakan
banyak variabel akan menyulitkan analisisnya bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan
secara manual. Metode ini tidak dapat digunakan secara bebas dalam setiap
kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi.
2. Metode ini hanya dapat digunakan untuk satu
tujuan misalnya hanya untuk maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya.
E. Pembuatan Model
Untuk
menyelesaikan suatu masalah dapat digunakan model Linear Programming. Adapun langkah-langkah
pemodelannya adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan variabel-variabel dari persoalan, misalnya X1, X2 dan
seterusnya.
2.
Menentukan batasan-batasan yang harus dikenakan untuk memenuhi batasan sistem
yang dimodelkan.
Keterangan:
m
=
macam batasan sumber atau fasilitas yang tersedia
n =
macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas tersebut
i
=
nomor setiap macam sumber atau fasilitas yang tersedia
j
=
nomor setiap macam kegiatan yang menggunakan sumber atau fasilitas yang
tersedia
Xj
=
kegiatan ke-j (variabel keputusan)
Ai
j = banyaknya sumber i yang diperlukan untuk
menghasilkan setiap unit keluaran kegiatan j
3. Menentukan
tujuan (maksimasi atau minimasi) yang harus dicapai untuk menentukan pemecahan
optimum dari semua nilai yang layak dari variabel tersebut:
Z
= C1X1 + C2X2 + ….
+ CnXn … (2 – 2)
Keterangan:
Z
= nilai yang dioptimalkan
Cn
= sumbangan setiap satuan keluaran kegiatan n
terhadap nilai Z
Xn
= kegiatan ke-n (variabel keputusan)
F. Bentuk Baku Formulasi Linear
Programming
Terdapat
4 buah karakter yang menjadi sifat dari Linear Programming, yaitu
sebagai berikut:
1.
Semua pembatas berupa persamaan
2.
Elemen ruas kanan dari persamaan adalah non-negatif
3.
Semua variabel adalah non-negatif
4.
Fungsi tujuan dapat berupa maksimasi atau minimasi.
DAFTAR PUSTAKA
Yusup.
2007. Program Linier. UI Press.
Jakarta.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapustrims ilmunya, nis,,:)
BalasHapusterimakasih admin atas artikel yang sudah dibuat sangat bermanfaat sekali artikelnya tentang Kelebihan programmer, untuk artikel yang masih berkaitan dengan artikel admin adalah KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PROGRAMMER DI MASYARAKAT
BalasHapusNB: mohon admin approve comment saya, saling solidaritas membantu saja antar sesama blogger untuk kepentingan soe dan juga untuk kepentingan pengunjung admin yang ingin membaca artikel yang terkait dengan artikel admin,selagi tidak merugikan apa salah nya membantu, terimakasih.